"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,kemudian dia memohon ampun kepada Allah, nescaya dia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
An-Nisa' : 110
An-Nisa' : 110
Seperti terbit fajar di timur,
Hening,dingin,putih dan bersih
Engkau dan aku para kekasih,
Seperti Adam dan Hawa,di bumi manusia,
Tanah tempat kita bercinta dan menyemai benih amanah-Nya.
Engkau lelaki perkasa,tangkas,tegas dan berani,
Engkau adalah wira,memerangi kezaliman,menegakkan keadilan,
Kami wanita sabar,setia dan percaya,
Apabila engkau di medan,bersilang senjata di depan kengerian,
Kami di belakang melindungi anak-anak,berdoa dan berkorban.
Antara kita,engkau dan aku,sama,namun berbeza,
Engkau bernama lelaki,dan kami tetap perempuan,
Seperti sepasang cenderawasih terbang tinggi di awan,
Seperti sepasang merak melata di hutan,
Lelaki adalah pelindung,pengasih dan penyayang,
Perempuan adalah lembut,selalu mulus dalam kepercayaan.
Ini adalah buni tanah air kita,Malaysia yang sedang memaknakan martabatnya,tetapi
Apakah ertinya kemanusiaan kalau yang lemah sering digigit keganasan?
Apakah ertinya kemerdekaan jika wanita sering dibelit penindasan?
Jadi barang dagangan dan permainan naluri bangsa bernama lelaki:
Habis manis, sepah dibuang;
Bayi tak berdosa,matanya masih tak terbuka,dilempar kejalan-jalan,
Dimanakah kata-kata janji dan maruah?
Dimanakah rumah,bumbung dan pagar tempat berlindung?
Seperti terbukti peribahasa melayu:
Harapkan pagar,pagar makan padi,
Bagai haiwan,miskin akal dan budi.
Ini tanak air,bumi bangsa yang dimandikan air disekeliling pantainya,
Didingini hujan dan awan gemawan sepanjang tahun,
Terlimpah rahmat,ilmu dan hikmah tak terhitung,
Sujudlah engkau lelaki dan perempuan, dalam sunnah dan firman-Nya,
Demi Tuhan,Dia tidak mungkir janji, dan tepat dengan perhitungan.
Pimpinlah kami ke bukit yang tinggi,
Seperti Adam dan Hawa di Jabal Rahmah,
Dengan taubat,keampunan dan amanah,
Mencipta zaman baru,kehidupan yang berubah,
Membangunkan keadilan, umat yang bermaruah.
-Dato' Baharuddin Zainal-
Apakah ertinya kemanusiaan kalau yang lemah sering digigit keganasan?
Apakah ertinya kemerdekaan jika wanita sering dibelit penindasan?
Jadi barang dagangan dan permainan naluri bangsa bernama lelaki:
Habis manis, sepah dibuang;
Bayi tak berdosa,matanya masih tak terbuka,dilempar kejalan-jalan,
Dimanakah kata-kata janji dan maruah?
Dimanakah rumah,bumbung dan pagar tempat berlindung?
Seperti terbukti peribahasa melayu:
Harapkan pagar,pagar makan padi,
Bagai haiwan,miskin akal dan budi.
Ini tanak air,bumi bangsa yang dimandikan air disekeliling pantainya,
Didingini hujan dan awan gemawan sepanjang tahun,
Terlimpah rahmat,ilmu dan hikmah tak terhitung,
Sujudlah engkau lelaki dan perempuan, dalam sunnah dan firman-Nya,
Demi Tuhan,Dia tidak mungkir janji, dan tepat dengan perhitungan.
Pimpinlah kami ke bukit yang tinggi,
Seperti Adam dan Hawa di Jabal Rahmah,
Dengan taubat,keampunan dan amanah,
Mencipta zaman baru,kehidupan yang berubah,
Membangunkan keadilan, umat yang bermaruah.
-Dato' Baharuddin Zainal-